Akhir-akhir ini, stand up comedy begitu populer di jagad hiburan Indonesia. Secara umum, makan lesikal stand up comedy
adalah lawakan atau komedi yang dilakukan di atas panggung oleh
seseorang dengan melontarkan serangkaian lelucon berdurasi 10 sampai 45
menit.
Koordinator Tertawa Sebentar Gagah Raditya menjelaskan, stand up comedy dikenal sejak abad 18 di Eropa dan Amerika Serikat. Pelaku komedian di sana disebut dengan stand up comic atau comic. Para comic
ini biasanya memberikan cerita humor, lelucon pendek, atau kritik
berupa sindiran dengan berbagai gaya dan gerakan dengan menggunakan alat
peraga. Untuk mempermudah mereka dalam berkomedi, biasanya mereka tak
lupa membuat catatan kecil.
“Karena sebuah materi dibuat lelucon, maka tak mengherankan bila leluconnya berbau cabul, rasis, dan vulgar. Stand up comedy waktu itu biasanya dilakukan di kafe, bar, universitas,dan teater,” kata Gagah, Senin(18/6).
Beberapa artis luar negeri yang memulai karirnya dalam dunia stand up comedy
diantaranya Jerry Seinfield, Chirs Rock, Daniel Tosh, Woody Allen, dan
Rowan Atkinson. Seniman yang terakhir disebut dikenal di Indonesia
dengan perannya sebagai Mr.Bean dengan film berjudul sama.
Sementara itu, bila menelisik sejarah stand up comedy
di Indonesia, sebenarnya sudah ada sejak dulu kala. Nama-nama seperti
Taufik Savalas, Butet Kertaradjasa, dan Ramon P. Tommybend. Dan dari
perkembangan terakhir muncul nama baru seperti Raditya Dika, Asep
Suadji, Panji Pragiwaksono, serta Sam Darma Putra.
“Dulu stand up comedy kurang mendapat respon di Indonesia karena masyarakat cenderung lebih suka physical comedy. Namun sekarang, justru menjadi alternatif hiburan di Indonesia,” katanya.
Ia melanjutkan, sebenarnya stand up comedy
di Indonesia sudah menjadi tradisi tersendiri. Hanya saja dikemas
dengan cara yang berbeda. Dagelan Mataram, pertunjukan ketoprak,
kesenian ludruk, dan wayang inilah tradisi dari stand up comedy tersebut.
Ia
memberi contoh, dalam wayang, ketika punakawan muncul, ki dalang selalu
menampilkan sisi komedi. Atau saat kesenian ludruk, dalam sesi
jula-juli, pelawak tunggal bermonolog sambil menyelipkan bahan-bahan
lucu.
Dalam pertunjukan ketoprak, lanjutnya, pada segmen dagelan,
seorang pelawak biasanya membuka komunikasi beberapa saat dengan
penonton dan disusul interaksi dengan pelawak atau pemain lain. Atau
dalam Dagelan Mataram, sebelum memulai acara seorang pelawak yang
bermonolog akan melontarkan leluconnya sekitar lima sampai sepuluh
menit.
“Kita tidak tahu apakah hiburan stand up comedy ini akan bertahan lama di hati pemirsanya, di tengah ketatnya persaingan. Semoga saja, stand up comedy di Indonesia makin bisa meningkatkan kualitasnya,” ungkapnya.
Penggiat Seni Yogyakarta Setyo Wibawanto pun mengaku bila stand up comedy
menjadi hiburan yang sedang tren di masyarakat. Bahkan di Yogyakarta
hiburan ini diperlombakan dalam Festival Kesenian Yogyakarta pada 20
Juni 2012.
“Hiburan ini menarik karena merangsang ide kreatif para komedian. Kami berharap dengan mengompetisikan stand up comedy di masyarakat, bisa memunculkan bibit–bibit baru komedian,” ujar Setyo. (Olivia Lewi Pramesti/National Geographic Indonesia)
Referensi : http://suc.metrotvnews.com/article/ensiklopedia/15
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar